Karet Bengkulu ke Rusia dan Amerika, Empat Kali Ekspor Nilainya Rp14 Miliar
Bengkulu (AMBONEWS) — Berdasarkan data sistem otomasi IQFAST Badan Karantina Pertanian Bengkulu, hingga pertengahan Maret Tahun 2022, Bengkulu telah 4 kali melakukan ekspor karet lempengan senilai Rp18 miliar dengan negara tujuan ekspor Rusia dan Amerika Serikat.
"Volume yang diekspor lebih kurang 685 ton, dan ini baru permulaan," kata Kepala Karantina Pertanian Bengkulu Bukhari, Selasa (29/3/22).
Karantina Pertanian Bengkulu sebagai pengawas ekspor, kata Bukhari, selalu melakukan pemeriksaan mutu dan kualitas komoditas sebelumnya diberangkatkan ke daerah tujuan.
"Hari ini Karantina Pertanian Bengkulu kembali lakukan pemeriksaan terhadap 100,8 ton karet SIR 20 asal Bengkulu yang rencananya juga akan diekspor ke Amerika," kata dia.
Bukhari mengatakan, sejauh ini pemeriksaan dilakukan di gudang pemilik yang sesuai ketentuan telah ditetapkan sebagai Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT), sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38 Tahun 2014 tentang Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran.
Tindakan karantina yang dilakukan di IKT/gudang pemilik berupa pemeriksaan secara visual dan kesesuaian jenis serta volume karet lempengan yang akan diekspor.
"Selain itu juga untuk memastikan bahwa pallet/kemasan kayu yang digunakan sebagai bantalan telah difumigasi, dibuktikan dengan adanya marka di pallet tersebut," kata Bukhari.
"Tindaklanjut dari hasil pemeriksaan ini kita akan terbitkan PC (Phytosanitary Certificate) sebagai dokumen persyaratan internasional sebagaimana ketentuan dalam International Plant Protection Convention (IPPC)” terang Bukhari.
Ia menyebutkan adanya tren yang positif terhadap peningkatan ekspor karet Bengkulu ini.
“Setelah kelapa sawit, mayoritas komoditas perkebunan Bengkulu adalah karet. Harapannya adalah kebutuhan industri karet dalam negeri terpenuhi, ekspor naik, harga stabil naik”, harap Bukhari.
Subsektor perkebunan masih menjadi andalan bagi sebagian besar masyarakat Provinsi Bengkulu, dimana komoditas yang menjadi primadona adalah kelapa sawit, karet, kopi, lada dan lain-lain.
"Menggeliatnya industri karet dalam negeri dan naiknya permintaan ekspor secara langsung mempengaruhi kesejahteraan para petani karet," ungkap Bukhari. (Bisri)