Skip to main content
Win

Triwulan I, Ekonomi Bengkulu Turun Sebesar 1,58 Persen

Bengkulu (AMBONEWS) - Pajabat Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I-2021 (y-on-y) mengalami penurunan sebesar 1,58 persen.

Kepala BPS Bengkulu Win Rizal mengatakan pandemi Covid-19 masih berdampak terhadap kegiatan perekonomian Bengkulu pada triwulan I-2021.

BPS menganalisa perekonomian yang diukur berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku periode ini mencapai Rp 18,85 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 11,60 triliun. 

"Bila dibandingkan tahun lalu di triwulan yang sama tumbuh sebesar 3,65 persen," kata Win, Rabu (5/5/21). 

Win memgatakan penurunan terjadi pada 10 lapangan usaha, sedangkan 7 lapangan usaha lainnya mengalami pertumbuhan. 

Perdagangan besar dan eceran merupakan lapangan usaha dengan penurunan tertinggi, kata dia. Yaitu sebesar minus 7,88 persen; diikuti oleh jasa perusahaan sebesar minus 7,23 persen; dan pertambangan dan penggalian sebesar minus 4,84 persen. 

Kemudian, pengadaan listrik dan gas merupakan lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 12,23 persen.

Sedangkan dari sisi pengeluaran, penurunan tertinggi dicapai pada ekspor barang dan jasa sebesar minus 4,65 persen.

Ekonomi Provinsi Bengkulu triwulan I-2021 (q-to-q) tumbuh sebesar 0,59 persen dibandingkan tahun lalu periode yang sama. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 2,92 persen. 

Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi pada komponen ekspor barang dan jasa sebesar 2,17 persen.

Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan I-2021 masih didominasi oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 29,10 persen; perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 14,00 persen; dan administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,31 persen. 

Sedangkan dari sisi pengeluaran masih didominasi oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, yakni sebesar 61,53 persen.

"Secara spasial, hampir seluruh provinsi di Pulau Sumatera mengalami kontraksi pertumbuhan, kecuali provinsi Riau dan provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang masing-masing tumbuh sebesar 0,41 persen dan 0,97 persen," kata Win. 

"Adapun, kontraksi pertumbuhan terbesar dialami oleh provinsi Lampung sebesar minus 2,10 persen," tambah dia. (Bisri)